Bisakah Vaksin COVID-19 yang Berbeda Dicampur Penggunaannya? | Borneotribun.com

Jumat, 29 Januari 2021

Bisakah Vaksin COVID-19 yang Berbeda Dicampur Penggunaannya?

Bisakah Vaksin COVID-19 yang Berbeda Dicampur Penggunaannya?
Vaksin COVID-19 buatan Pfizer-BioNTech di Servan, dekat Paris, 27 Desember 2020.

BorneoTribun - Pejabat kesehatan mengatakan kedua dosis suntikan vaksin COVID-19 tersebut harus dari jenis vaksin yang sama.

Vaksin COVID-19 yang diluncurkan di Amerika Serikat, Inggris Raya, dan bagian lain dunia sejauh ini memerlukan dua suntikan dalam selang beberapa minggu.

Di Amerika Serikat (AS), yang memilih menggunakan vaksin dari Pfizer dan Moderna, pejabat kesehatan mengatakan keduanya tidak bisa saling menggantikan, meski dibuat dengan cara yang sama.

Dalam "situasi luar biasa" ketika vaksin yang sama tidak tersedia atau jika tidak diketahui apa yang diberikan untuk suntikan pertama, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (U.S. Centers for Disease Control and Prevention/CDC) mengatakan dalam panduan yang baru-baru ini diperbarui bahwa boleh memberikan vaksin mana pun yang tersedia untuk suntikan dosis kedua.

Badan tersebut mencatat bahwa rekomendasi dapat diperbarui seiring dengan makin banyaknya informasi yang tersedia, atau jika jenis vaksin lain diizinkan untuk didistribusikan.

Kotak-kotak berisi ampul vaksin COVID-19 buatan Moderna siap dikirim dari pusat distribusi Olive Branch, Mississippi, 20 Desember 2020.

CDC juga mengatakan dosi-dosis itu dapat diberikan dalam selang waktu hingga enam minggu jika tidak memungkinkan untuk memberikan dosis kedua pada interval yang direkomendasikan. Untuk vaksin Pfizer, dosis kedua direkomendasikan tiga minggu setelah yang pertama. Suntikan kedua dari vaksin Moderna seharusnya dilakukan empat minggu kemudian.

"Setelah mengirimkan panduan awal kami, kami menerima umpan balik bahwa beberapa fleksibilitas dalam bahasa kami mungkin bisa membantu," kata juru bicara CDC, Kristen Nordlund, dalam email.

Rekomendasi awal tentang dosis dan waktu harus tetap diikuti, tetapi CDC tidak ingin panduannya “terlalu kaku sehingga menciptakan hambatan yang tidak diinginkan,” kata Nordlund.

Pejabat di Inggris, yang memilih menggunakan vaksin buatan Pfizer dan jenis vaksin berbeda dari AstraZeneca, juga mengatakan bahwa dosisnya harus konsisten. Namun, kasus yang jarang terjadi, mereka mengatakan dosis yang tidak sesuai lebih baik daripada perlindungan sebagian. [na/ft]

Oleh: VOA Indonesia

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar