Tim penyelmat mencari korban di reruntuhan gedung-gedung yang rusak di kawasan Gemmayze, akibat ledakan hebat di kawasan pelabuhan Beirut awal Agustus lalu, Lebanon, 4 September 2020. (Foto: Reuters) |
BorneoTribun | Internasional - Perdana Menteri Lebanon yang akan mundur dari jabatannya, Hassan Diab, Selasa (29/12), mengatakan penyelidikan FBI terhadap ledakan 4 Agustus di pelabuhan Beirut memperoleh temuan, ledakan itu disebabkan oleh 500 ton amonium nitrat.
Perdana menteri, yang mengundurkan diri setelah ledakan yang menewaskan lebih dari 200 orang itu, sebelumnya mengatakan lebih dari 2.700 ton pupuk amonium nitrat disimpan secara sembarangan di gudang pelabuhan selama bertahun-tahun.
Namun, Diab dalam penjelasan singkat kepada wartawan mengatakan laporan badan intelijen domestik AS, yang membantu Lebanon dalam penyelidikan tersebut, mengatakan hanya seperempat dari jumlah itu yang meledak.
"Laporan FBI mengungkapkan jumlah yang meledak hanya 500 ton," ujarnya. "Ke mana 2.200 ton (lainnya)?" tambah Diab.
AFP belum bisa memverifikasi isi laporan FBI secara independen.
Hampir lima bulan setelah ledakan itu, tidak banyak penjelasan mengenai keadaan yang menyebabkan bencana terburuk di Lebanon pada masa damai itu. Ledakan itu secara luas dianggap sebagai kelalaian dan korupsi elit penguasa negara itu selama beberapa dekade.
Lambatnya penyelidikan telah memicu kemarahan di dalam negeri dan ketidakpercayaan di antara para donor internasional. Dukungan donor ini sangat dibutuhkan jika Lebanon ingin bertahan dari krisis ekonominya yang paling parah dalam beberapa dekade. [my/jm]
Oleh: VOA Indonesia
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS