Larva Lalat Dimanfaatkan Kenya Memproses Limbah Makanan | Borneotribun.com

Sabtu, 26 September 2020

Larva Lalat Dimanfaatkan Kenya Memproses Limbah Makanan

Larva Lalat Dimanfaatkan Kenya Memproses Limbah Makanan
Seseorang menyendok segenggam larva lalat tentara hitam (Hermentia Illucens), 23 Agustus 2019. (Foto: REUTERS/Sumaya Hisham)


BorneoTribun | Internasional - Talash Huijbers, pria berusia 25 tahun, adalah pendiri Insectipro, sebuah peternakan di Kenya. Peternakan tersebut membesarkan larva lalat tentara hitam (Hermentia Illucens) untuk pakan ternak. Larva itu diberi makan berupa limbah buah dari pabrik dan pasar makanan di ibu kota Nairobi, dan kemudian dalam 10 hari larva tersebut akan tumbuh. 


“Kami mengambil semua limbah hijau di Nairobi dan kami mengubahnya menjadi sesuatu yang bernilai tinggi, protein hewani,” kata Huijbers di pertanian mereka di Limuru, 28 kilometer dari Nairobi. “Dari limbah menjadi emas.”


Kantor berita Reuters melaporkan, Kamis (24/9), pertanian tersebut mengolah sekitar 20 hingga 30 ton limbah buah per hari dan menghasilkan 2 dan 2,5 ton larva. Larva tersebut kemudian dikeringkan dan diubah menjadi pakan ternak. Limbah yang tersisa digunakan sebagai pupuk kandang, sebagian di pertanian, dan sisanya dijual ke petani di pertanian tetangga.


Budidaya larva dipandang menguntungkan dan ramah lingkungan dalam hal membuang limbah organik dan menghasilkan pakan ternak. Hal itu terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran atas pencemaran lingkungan dan pola makan berkelanjutan.


“Produk akhir dari limbah digunakan untuk menghasilkan tanaman. Dan kemudian larva yang Anda dapatkan digunakan untuk memberi makan ternak kami, ”kata Chrysantus Mbi Tanga, seorang ilmuwan peneliti di Pusat Fisiologi dan Ekologi Serangga Internasional (ICIPE) yang berbasis di Nairobi.


Perusahaan Belanda Ciptakan Peti Mati yang Bisa Menjadi “Pupuk” 


Lembaga tersebut telah melatih 2.000 petani lalat tentara kulit hitam di Kenya dalam satu setengah tahun terakhir, tetapi hampir semuanya merupakan operasi kecil. Insectipro, yang dimulai dengan investasi $ 850 ribu (Rp 12,5 miliar) pada dua tahun lalu, adalah yang terbesar. Huijabers mengatakan mereka akan mendapatkan keuntungan pertama sebelum akhir tahun. 


Perusahaan tersebut mengatakan tidak dapat memenuhi pesanan dan berharap dapat menggandakan atau melipatgandakan produksi pada akhir tahun ketika mendapatkan pengering yang lebih besar.


Saat ini Insectipro sedang meneliti produksi kitin, produk sampingan dari pupa lalat tentara hitam yang berubah menjadi dewasa. Industri farmasi menggunakannya dalam senyawa untuk membalut luka.


“Sifat anti-mikroba, anti jamur, sifat anti-bakteri, ketika Anda menaruhnya di luka, akan membantu menghilangkan bakteri yang menyebabkan pembusukan ini,” kata Tanga. (YK/VOA)

*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Komentar