Para mahasiswa berjalan di kampus Universitas Michigan di Ann Arbor, Michigan, sebelum pandemi, 19 September 2018. (Foto: Reuters) |
BorneoTribun | Ann Arbor, Michigan - Kota pelajar di seluruh Amerika Serikat ingin segera melihat, khususnya para mahasiswa, kembali ke kampus bulan ini, untuk membantu memulihkan bisnis-bisnis lokal yang terdampak pandemi virus corona. Namun, di lain sisi, para pemilik bisnis lokal juga khawatir bahwa hal ini akan menimbulkan pelonjakan kasus baru.
Dilansir dari Associated Press, empat puluh ribu mahasiswa yang biasa tinggal di asrama atau sekitaran kampus universitas Michigan di Ann Arbor, Michigan, terpaksa dirumahkan akibat pandemi COVID-19.
Karyawan James Lawrence melayani pelanggan di supermarket Replenish di Ann Arbor (AP Photo/Paul Sancya) |
Daerah pusat bisnis-bisnis kecil beroperasi di kota pelajar yang biasa diramaikan oleh para mahasiswa ini, kini sepi mencekam. Dampaknya dirasakan oleh Richard Schubach, pemilik supermarket kecil, “Replenish,” yang letaknya tak jauh dari kampus dan kerap melayani pelanggan kalangan mahasiswa.
“Keadaannya (sepi) seperti sedang ada badai salju setinggi hampir 1 meter, namun tanpa ada saljunya. Tidak ada orang yang berjalan kaki di trotoar dan tidak ada orang yang lalu-lalang di jalan,” ujar Richard.
Semester baru pada musim gugur di bulan September ini diawali dengan beberapa kelas tatap muka di kampus. Hal ini mendatangkan harapan, sekaligus kegelisahan dari para pemilik bisnis, yang penghasilannya bergantung kepada para pelanggan kalangan mahasiswa ini, untuk tetap bertahan.
Para mahasiswa di Good Time Charley, saat kembali menerima pelanggan (AP: Paul Sancya) |
Beberapa diantaranya pemilik restoran dan bar, Good Time Charley, Adam Lowenstein, dan Justin Herrick. Keduanya kini tengah berharap cemas.
“Lega rasanya melihat para mahasiswa ini datang kembali. Emosi yang saya rasakan adalah kelegaan dan kebahagiaan,” kata Adam.
“Firasat saya, kalau orang-orang kembali, akan timbul perebakan wabah yang cukup parah, yang kemungkinan bisa dikendalikan dan dibendung, atau mereka akan kembali menghentikan seluruh aktivitas kampus, dan mengalihkan pembelajaran ke online. Firasat saya mungkin yang terakhir,” ujar Justin.
Maddie McFarland, ditindik oleh Jef Saunders, pemilik Gamma Piercing (AP Photo/Carlos Osorio) |
Richard, Adam, dan Justin tidak sendirian. Pemilik usaha tempat tindik, Jef Saunders, juga berjuang keras agar bisnisnya bisa tetap beroperasi di tengah pandemi.
“Pandemi ini benar-benar berdampak kepada kami. Dan Anda harus menjalankan bisnis Anda dengan sangat baik agar berhasil,” katanya.
Kedai kopi Espresso Royale Coffee yang dulu sukses kini tutup karena pandemi (AP Photo/Paul Sancya) |
Sayangnya, tidak semua bisnis kembali beroperasi. Kedai kopi, Espresso Royale Coffee, yang dulunya sukses, mengumumkan melalui situsnya, tidak akan beroperasi kembali karena pandemi. Sebagai mantan pelanggan, mahasiswa universitas Michigan, Ethan Ruwe, mengaku kecewa.
"Ya, agak menyebalkan bahwa tempat-tempat itu tidak buka lagi. Terutama Espresso Royale. Ada banyak orang di rumahku yang suka dengan tempat itu,” jelasnya.
Pemilik restoran The Brown Jug, Perry Porikos, di Ann Arbor, Michigan (AP Photo/Paul Sancya) |
Untuk mempertahankan bisnisnya, pemilik restoran The Brown Jug, Perry Porikos, kini menyediakan area makan di luar untuk para pelanggannya, yang tidak ada sebelum pandemi COVID-19. Meskipun kesulitan, ia tetap optimistis.
“Saya berharap, berdoa, dan percaya bahwa kami akan baik-baik saja,” harap Perry.
Seperti Perry, para pemilik bisnis kecil ini sangat ingin para pelajar ini kembali dan melihat kehidupan yang normal lagi. [di]
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS