Ekonomi RI Diprediksi Melemah, Sri Mulyani Tetap Optimis Tumbuh 5 Persen | Borneotribun.com

Selasa, 05 Agustus 2025

Ekonomi RI Diprediksi Melemah, Sri Mulyani Tetap Optimis Tumbuh 5 Persen

Menteri Keuangan Sri Mulyani saat memberikan paparan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2025. (Gambar ilustrasi)

JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 diperkirakan melambat. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan angka pertumbuhan hanya akan mencapai 4,78% (yoy), lebih rendah dibandingkan proyeksi pemerintah yang optimis bisa mendekati 5%. 

Proyeksi ini diumumkan saat Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan hasil Rapat KSSK Triwulan II pada Senin (28/7/2025) di Jakarta.

Sri Mulyani yang juga menjabat sebagai Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyampaikan bahwa meski ada tekanan dari sisi global dan konsumsi yang melambat, ekonomi Indonesia masih bertahan berkat dorongan konsumsi rumah tangga, daya beli masyarakat, serta ketahanan dunia usaha. 

Menurutnya, APBN tetap memainkan peran penting sebagai penyangga melalui kebijakan countercyclical yang digulirkan sejak awal tahun.

“Dorongan program-program strategis pemerintah yang mulai berjalan juga dukungan sektor-sektor prioritas memberikan kontribusi terhadap bertahannya pertumbuhan ekonomi,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers usai rapat KSSK.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa pemerintah akan terus memperkuat peran swasta sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi. 

Salah satu caranya adalah dengan mempercepat proses deregulasi serta mendorong pemanfaatan Dana Nasional Terpadu (Danantara) secara optimal. 

“Strategi yang kami lakukan bertujuan untuk menciptakan efek ganda (multiplier effect) agar pertumbuhan ekonomi tahun ini tetap berada di kisaran 5%,” tegasnya.

Jika realisasi pertumbuhan hanya menyentuh angka 4,78%, maka kondisi ekonomi saat ini menjadi yang paling lemah sejak kuartal III-2021, masa di mana Indonesia terdampak parah oleh gelombang Delta COVID-19. 

Hal ini menunjukkan bahwa perlambatan ekonomi saat ini tidak bisa dianggap enteng dan memerlukan sinergi lebih erat antara sektor publik dan swasta.

Sumber: CNBC Indonesia

Follow Borneotribun.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

  

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Tombol Komentar